Senin, 29 Desember 2014

Masalah Kepastian dan Falibilisme Moderat

Masalah Kepastian dan Falibilisme Moderat

1.Masalah Kepastian Kebenaran Ilmiah
  Dalam empat macam kebenaran, melahirkan 2 pandangan yang berbeda, yaitu pandangan kaum rasionalis  yang menekankan kebenaran logis-rasional, dan pandangan kaum empirisis yang menekankan kebenaran empiris.
  Kebenaran kaum rasionalis bersifat sementara, terlepas dari seberapa tinggi tingkat kepastiannya karena kebenaran sebagai keteguhan dari suatu pernyataan atau kesimpulan sangat tergantung pada kebenaran teori atau pernyataan lain. padahal, teori atau pernyataan lain sangat mungkin salah.
  Sedangkan kaum empirisis tidak pernah berpretensi untuk menghasilkan suatu pengetahuan yang pasti benar tentang alam. Bagi mereka, ilmu pengetahuan tidak memiliki ambisi seperti iman dalam agama. Ilmu pengetahuan tudak akan pernah memberikan suatu formulasi final dan absolut tentang seluruh universum = falibilisme.
  Falibilisme beranggapan bahwa kendati pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang paling baik yang dapat kita miliki.

2.Falibilisme dan Metode Ilmu Pengetahuan
  Falibilisme ilmu pengetahuan berasal dari dua sumber, yaitu sebagai konsekuensi dari metode ilmu  pengetahuan, dan dari objek ilmu pengetahuan yaitu universum alam.
  Indikasi metodologis sebagai alasan dari falibilisme moderat :
  a.Peneliti sendiri tidak pernah merasa pasti dengan apa yang dicapainya sendiri.
  b.Fokus utama dari kegiatan penelitian ilmiah adalah verifikasi dan hipotesis.
  c.Karena metode induksi.
  d.Setiap hipotesis pada dasarnya tidak pasti.

3.Falibilisme dan Objek Ilmu Pengetahuan
  a.Realitas objek
    - Nyata berarti lepas dari pikiran manusia.
    - Realitas dapat dikatakan real jika memang dapat dikenal.
   - Realitas yang dibicarakan ilmu pengetahuan adalah realitas publik, realitas yang menjadi perhatian banyak orang. Yang real berarti yang memiliki dimensi sosial.
  b.Evolusi objek pengetahuan ilmiah   
    Objek ilmu pengetahuan selalu berubah-ubah dan mengalami perkembangan.
    Aspek :
    - Objek pengetahuan ilmiah selalu berubah sehingga pengetahuan yang kita capai, sekalipun sangat akurat, harus ditinjau kembali.
    - Objek dari pengetahuan kita selalu berkembang kepada regularitas.
      Maka, pengetahuan kita selalu rentan terhadap kesalahan.
    Semenjak Ch. Darwin dan Lamarck, gagasan evolusi sudah menjadi gagasan penting dalam dunia organis.
    Clarence King, evolusi atau perubahan selain menjadi gejala organis juga menjadi gejala lingkungan, realitas alam pada umumnya.
    Filsuf Yunani seperti Herakleitos dan Aristoteles, evolusi merupakan kenyataan dasar dari setiap realitas.
    Kebenaran empiris termasuk ilmu kemanusiaan :
    - Kepastian tentang pernyataan yang menjelaskan gejala-gejala yang diselidiki.
    - Kepastian tentang kesimpulan yang ditarik sebagai suatu hukum yang berlaku umum.

HUBUNGAN ILMU, TEKNOLOGI, DAN KEBUDAYAAN

B. Hubungan Ilmu dan Teknologi
   Mengenai teknologi ada tiga pendapat
   1) Teknologi bukan ilmu, melainkan penerapan ilmu.
   2) Teknologi merupakan ilmu, yang dirumuskan dengan dikaitkan aspek eksternal, yaitu industri dan aspek internal yang dikaitkan dengan objek material “ilmu” maupun aspek “murni-terapan”.
   3) Teknologi merupakan “keahlian” yang terkait dengan realitas kehidupan sehari-hari.
 
   Untuk lebih memperjelas identifikasi ilmu dan teknologi ada tujuh pembeda.
   1) Teknologi merupakan suatu system adapatasi yang efisien untuk tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan akhir dari teknologi adalah untuk memecahkan masalah-masalah material manusia, atau untuk membawa perubahan-perubahan praktis yang diimpikan manusia. Sedangkan ilmu bertujuan untuk memahami dan menerangkan fenomena fisik, biologis, psikologis, dan dunia sosial manusia secara empires.
   2) Ilmu berkaitan dengan pemahaman dan bertujuan untuk meningkatkan pikiran manusia, sedangkan teknologi memuasatkan diri pada manfaat dan tujuannya adalah untuk menambah kapasitas kerja manusia.
   3) Tujuan ilmu adalah memajukan pembangkitan pengetahuan, sedangkan teknologi adalah memajukan kapasitas teknis dan membuat barang atau layanan.
   4) Perbedaan ilmu terknologi berkaitan dengan pemegang peran. Bagi ilmuan diharapkan untuk mencari pengetahuan murni dari jenis tertentu, sedangkan teknolog untuk tujuan tertentu. Ilmuan “mencari tahu”, “teknologi mengerjakan”.
   5) Ilmu bersifat supranasional (mengatasi batas Negara) sedangkan teknologi harus menyesesuaikan diri lingkungan tertentu.
   6) Imput teknologi bermacam-macam jenis yaitu material alamiah, daya alamiah, keahlian, teknik, alat, mesin, ilmu, dan pengetahuan sari berbagai macam, misalnya akal sehat, pengalaman,  ilham, intuisi, dan lain-lain. Adapun imput ilmu adalah pengetahuan yang telah tersedia.
   7) Output ilmu adalah pengetahuan baru, sedangkan teknologi menghasilkan produk berdimensi tiga.
    
   Dari penelusuran terhadap konsep ilmu dan teknologi dengan berbgai aspek dan nuansanya, kiranya mulai jelas keterkaitan antara ilmu dan teknologi. Beberapa titik singgung antara keduanya mungkin dapat dirumuskan :
   1) Bahwa baik ilmu maupun teknologi merupakan komponen dari kebudayaan.
   2) Baik ilmu maupun teknologi memiliki aspek ideasional maupun faktual, dimensi abstrak maupun konkrit, dan aspek teoritis maupun praktis.
   3) Terdapat hubungan dialektis (timbal balik) antara ilmu dan teknologi. Pada satu sisi ilmu menyediakan bahan pendukung penting bagi kemajuan teknologi, yakni teori-teori. Pada sisi lain penemuan-penemuan teknologi sangat membantu perluasan cakrawala penelitian ilmiah yakni dengan dikembangkannya perangkat-perangkat penelitian berteknologi mutakhir. Bahkan dapat dikatakan bahwa dewasa ini kemajuan ilmu mengandaikan dukungan teknologi, sebaiknya sebaiknya kemajuan teknologi mengabaikan dukungan ilmu.
   4) Sebagai klarifikasi konsep, istilah ilmu lebih dapat dikatakan dengan konteks teknologi, sedankan istilah pengetahuan lebih sesuai digunakan dalam konteks teknis.

C. Hubungan Ilmu dengan Kebudayaan
   Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahun merupakan unsure dari kebudayaan. Kebudayaan disini merupakan seperangkat sistem nilai, tata hidup dan sarana bagi manusia dalam kehidupannya. Kebudayaan nasional merupakan kebudayaan yang mencerminkan aspirasi dan cita-cita suatu bangsa yang diwujudkan dengan kehidupan bernegara. Pengambangan kebudayaan nasional merupakan bagian kegiatan dari suatu bangsa, baik disari atau tidak maupun dinyatakan secara eksplisit atau tidak.
   Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Pada suatu pihak pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaannya. Sedangkan dilain pihak, pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan. Ilmu terpadu secara intim dengan keseluruhan struktur sosial dan tradisi kebudayaan, mereka saling mendukung satu sama lain: dalam beberapa tipe masyarakat ilmu dapat berkembangkan secara pesat, demikian sebaliknya, masyarakat tersebut tak dapat berfungsi dengan wajar tanpa didukung perkembangan yang sehat dari ilmu dan penerapannya.
  
   Dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu mempunya peranan ganda.
   1) Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan kebbudayaan nasional.
   2) Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.
      Pada kenyataanya kedua fungsi ini terpadu satu sama lain dan sukar dibedakan. Pengkajian pengembangan kebudayaan nasional kita tidak dapat dilepaskan dari pengembangan ilmu. Dalam kurung dewasa ini yang terkenal sebagai kurun ilmu teknologi, kebudayaan kitapun tak lepas dari pengaruhya, dan mau tidak mau harus ikut memperhitungkan faktor ini. Sayangnya yang lebih dominan pengaruhnya terhadap kehidupan kita adalah teknologi yang merupakan produk dari kegiatan ilmiah. Sedangkan hakikat keilmuan itu sendiri yang merupakan sumber nilai yang konstruktif bagi pengembangan kebudayaan nasional pengaruhnya dapat dikatakan minimal sekali.
   Ada pemahaman yang memisahkan ilmu dan kebudayaan baik secara konseptual maupun faktual, tidak dapat diterima lagi. Ilmu merupakan komponen penting dari kebudayaan. Bahkan kecenderungan akhir abad ini semakin member tempat bagi dominasi ilmu dalam menciptakan universum-universum simbolok atau dunia kemasukakalan. Tidak perlu disangkal bahwa memang timbul segala marginalisasi unsure-unsur pengetahuan non ilmiah sebagai unsure pengetahuan yang berada diluat objektivitas.
   Sebagaimana watak yang sudah melekat pada kebudayaan manusia scientism pada akhirnya dapat reaksi paling tidak dengan munculnya reorientasi atau pengembangan orientasi baru bagi pengembangan ilmu baru. Gejala yang tampak semakin luas adalah mulai ditinggalkannya ideologi ilmu untuk ilmu atau ilmu bebas nilai. Ideoloi yang sedemikian jelas mengingkari hubungan dialektis antara ilmu sebagai unsur sistem kebudayaan dengan unsur sistem kebudayaan yang lain, baik itu religi, struktur sosial kepentingan politis maupun subjektifitas manusia itu sendiri. Persoalan yang kemudian menuntut pemikiran bersama lebih lanjut adalah strategi pengembangan ilmu yang sungguh-sungguh mempertimbangkan unsur-unsur sistem kebudayaan yang lain secara integral dan integratif. Kesalahan pemilihan strategi pembelajaran ilmu akan mempunyai akibat langsung bagi integrasi kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan. Setiap kebudayaan memiliki hierarki nilai yang berbeda sebagai dasar penentuan skala prioritas. Ada sistem kebudayaan yan   g menentukan nilai teori dengan mendudukan rasiolisme, empirisme, dan metode ilmiah sebagai dasar penentu dunia objektif. Terdapat pula sistem kebudayaan yang menempatkan nilai ekonomi sebagai acua dasar dari seluruh dinamika unsur kebudayaan yang lain. Ada juga sistem kebudayaan yang meletakkan nilai positif sebagai dasar pengendali unsur-unsur kebudayaan yang lain, selain ada sistem kebudayaan yang menempatkan nilai religius, nilai estetis, nilai sosial sebagai dasar dasn orientasi seluruh kebudayaan setiap pilihan orientsi nilai dari kebudayaan akan memiliki konsekuensi masing-masing, baik pada taraf ideasional maupun operasional.
   Untuk meningkatkan peranan dan kegiatan keilmuan pada pokoknya mengandung beberapa pikiran.
   1) Ilmu merupakan bagian dari kebudayaan dan oleh sebab itu langkah-langkah kearah peningkatan peranan dan kegiatan keilmuan harus memperhatikan situasi kebudayaan masyarakat kita.
   2) Ilmu merupakan salah satu cara dalam menemukan kebenaran. Disamping ilmu masih terdapat cara-cara lain yang sah sesuai lingkungan dan permasalahannya masing-msaing.
   3) Asumsi dasar dari semua kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah rasa percaya terhadap metode yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut.
   4) Pendidikan ilmuan harus sekaligus dikaitkan dengan pendidikan moral.
   5) Pengembangan bidang keilmuan harus disertai dengan pengembangan dalam bidang filsafat terutama yang menyangkut keilmuan.
   6) Kegiatan ilmiah harus bersifat otonomi yang terbatas dari tekanan struktur kekuasaan.
   Pada hakikatnya semua unsur kebudayaan harus diberi otonomi dalam menciptakan paradigma mereka sendiri. Terlalu banyak campur tangan dari luar hanya menimbulkan paradigma mereka semua yang tidak ada gunanya. Paradigma agar bias berkembang dengan baik membutuhkan dua syarat yakni kondisi rasionalitas dan kondisi psikososial kelompok. Kondisi rasionalitas menyangkut dasar pikiran paradigma yang berkaitan dengan makna, hakikat dan relevansinya dengan keterlibatan semua anggota kelompok dalam mengembangkan dan melaksanakan paradigma tersebut.



D. Hubungan Teknologi dan Kebudayaan
   Sejak dimulai revolusi industri di Eropa, teknologi yang dihasilakan oleh masyarakat Eropa, kemudian disebarkan keseluruh dunia ternyata memiliki berikut :
   1) Watak ekonomis yang pada intinya berorientasi pada efisiensi ekonomis dengan mengutamakan kendali pada elit pendukong finansial dan elit tenaga ahli.
   2) Ditinjau dari aspek sosial teknologi barat ternyata bersifat melanggengkan sifat ketergantungan. Ketergantungan ini terkait, baik dengan teknik produksi maupun pola konsumsi. Mata rantai produsen dan konsumen terputus. Artinya, produsen menentukan produk lebih berorientasi pada kemajuan teknologi. Iklan-iklan berbagai media massa merupakan “nabi-nabi” bagi pencipta kebutuhan baru.
   3) Struktur kebudayaan teknologi barat telah melahirkan struktur kebudayaan yang:
      a. Memandang ruang geografis dengan kacamata pusat pinggiran dengan dunia barat sebagai pusatnya.
      b. Adapun kecenderungan untuk melihat waktu sebagai suatu hal yang berkaitan dengan kemajuan dan berkembang secara linier;
      c. Adanya kecenderungan untuk memahami relaitas secara terpisah, dan memahami hubungan antara bagian sebagai hubungan mekanistis sehingga perubahan pada suatu bagian menuntut adanya penyesesuaian pada bagian yang lain;
      d. Kecenderungan untuk memandang manusia sebagai tuan atas alam dan hak-hak yang terbatas.
    Dengan mempertimbangkan watak teknologi barat yang demikian, sulit kiranya untuk tidak menyebut ahli teknologi barat sebagai invasi kebudayaan barat. Globalisasi merupakan bukti betapa gelombang invasi terjadi dengan dahsyatnya. Perbincangan tentang hubungan antara teknologi dan kebudayaan dapat dititip dari dua sudut pandang, yakni dari teknologi dan kebudayaan. Dari sudut pandang teknologi terbuka alternatif untuk memandang hubungan antara teknologi dan kebudayaan dalam paradigma positifistis atau dalam paradigma teknologi tepat. Masing-masing pilihan mengandung konsekuensi yang berbeda terhadap komponen-komponen kebudayaan yang lain. Paradigma teknologi positifistis yang didasari oleh metafisika matearialistis jelas memiliki kekuatan dalam menguasai, menguras, dan memuaskan hasrat manusia yang tak terbatas. Sedangkan paradigma teknologi tepat lebih menuntut kearifan manusia secara wajar. Dari sudut pandang kebudayaan bagaimanapun juga teknologi dewasa ini merupakan anak kandung kebudayaan barat. Hal in    i berarti bahwa penerimaan ataupun penolakan secara sistematik terhadap teknologi harus dilihat dalam rangka komunikasi antar sistem kebudayaan. Dengan demikian, Negara atau masyarakat pengembang teknologi bahwa suatu penemuan teknologi baru merupakan momentum proses eksternalisasi dalam rangka membangun dunia objektif yang baru, sedangkan bagi Negara atau masyarakat konsumen teknologi, suatu konsumsi teknologi baru dapat bermakna inkulturasi kebudayaan, akulturasi kebudayaan, atau bahkan invasi kebudayaan.

Sabtu, 27 September 2014

Konsep dasar etika umum

Nama        : Oktriana Fietsa
Jurusan        : D-IV Kebidanan
Mata Kuliah    : Humaniora

Konsep Dasar Etika Umum

1. Hati Nurani
Memberikan penghayatan tentang baik atau buruk berhubungan dengan tingkah laku nyata kita. Hati nurani bisa merupakan penilaian terhadap perbuatan yang telah berlangsung dimasa lampau (retrospektif). Hati nurani juga bisa merupakan penilaian perbuatan yang sedang dilaksanakan saat ini atau penilaian terhadap perbuatan kita di masa yang akan datang (prospektif).

2. Shame Culture dan Guilt Culture
Dalam Antropologi budaya, pernah dibedakan antara dua macam kebudayaan: shame cultura dan guilt culture, kebudayaan malu dan kebudayaan kebersalahan. Shame culture seluruhnya ditandai oleh rasa malu dan disitu tidak dikenal rasa bersalah. Sedangkan dalan guilt culture dikenal rasa bersalah. Menurut pandangan ini shame culture adalah kebudayaan dimana pengertian-pengertian seperti hormat, reputasi, nama baik, status dan gengsi sangat ditekankan. Sedangkan guilt culture adalah kebudayaan dimana pengertian-pengertian seperti dosa (sin), kebersalahan (guilt) dan sebagainya sangat dipentingkan.
Ciri-ciri shame culture:
1.    Ditandai rasa malu
2.    Bila melakukan kejahatan hatus disembunyikan dari orang lain.
3.    Sanksi dating dari luar, yaitu apa yang dikatakan dan dipikirkan oleh orang lain.
4.    Hati nurani hampir tidak berperan.

Ciri-ciri guilt culture:
1.    Ditandai rasa bersalah.
2.    Meskipun suatu kejahatan tidak diketahui oleh orang lain, pelaku tetap merasa bersalah.
3.    Sanksi berasal dari dalam, yaitu batin/hati pelaku.
4.    Hati nurani sangat beperan, dan ditandai oleh martabat manusia.

3. Kebebasan dan tanggung jawab
Terdapat hubungan timbal balik antara kebebasan dan tanggung jawab.
Batas-batas kebebasan meliputi:
a.       Faktor internal.
b.      Lingkungar.
c.       Kebebasan orang lain.
d.      Generasi penerus yang akan datang.

4. Nilai dan Norma
Nilai adalah :
1.      Sifat hal yang penting, berguna bagi kemanusiaan
2.      Sesuatu yang paling dibanggakan
3.      Sesuatu yang ingin dicapai
4.      Sesuatu yang dikagumi
5.      Kualitas atau fakta

Norma adalah :
1.      Ukuran
2.      Suatu aturan
3.      Pedoman yang mengatur tingkah laku masyarakat
4.      Standar pertimbangan

Nilai merupakan sesuatu yang baik, sesuatu yang menarik, sesuatu yang dicari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai,sesuatu yang diinginkan. Menurut filsuf Jerman Hang Jonas nilai adalah the addressof a yes, sesuatu yang ditunjukkan dengan kata ya kita. Sesuatu yang kita iakan. Nilai mempunyai konotasi yang positif. Nilai mempunyai tiga ciri:
a.       Berkaitan dengan subyek.
b.      Tampil dalam sutu niali yang praktis karena subyek ingin membuat sesuatu.
c.       Nilai menyangkut pada sifat yang ditambah oleh subyek pada sifat yang dimiliki obyek.

Norma berasal dari bahsa Latin Norma, artinya aturan atau kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur menilai sesuatu.
Norma umum meliputi tiga hal:
a.       Norma kesopanan atau etiket
b.      Norma hukum
c.       Norma moral, adalah norma yang tertinggi dan norma moral tidak dapat dilampaui oleh norma yang lain tetapi menilai norma-norma yang lain.
Sumber dari nilai dan norma adalah agama, kebudayaan, nasionalisme, dan lain-lain.
5. Hak dan kewajiban
Hak  merupakanpengakuan yang dibuat oleh orang tau sekelompok orang terhadap orang atau sekelompok  orang lain.
Setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain. Kewajiban sempurna artinya kewajiban didasarkan atas keadialn, selalu terkait dengan hak orang lain. Sedanhakan kewajiban tidak sempurna, tidak terkait dengan hak orang lain tetapi bisa didasarkan atas kemurahan hati atau niat berbuat baik.

6) Menjadi Manusia yang Baik
• Tulus
• Berbicaralah dengan ramah tamah dan sopan.
• Hargailah orang lain
•  Sering-seringlah membantu orang lain
• Bersyukur
• Bertemanlah dengan siapapun
• Janganlah memilih-milih teman, karena semua manusia di mata Allah SWT adalah sama
• Receive less, Give More
• Dalam hidup,harus lebih sering memberi daripada menerima.




Minggu, 21 September 2014

Konsep Dasar Etika Umum

Konsep Dasar Etika Umum
a)    Etika dan Moral
Etika atau ethics berasal dari bahasa yunani etos, yang artinya adat kebiasaan perilaku dan watak atau karakter, ahklak, perasaan, dan sikap cara berpikir.
Sedangkan, Moral, berasal dari bahasa Latin yang berarti adat dan kebiasaan. Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan standar perilaku dan nilai-nlai yang harus diperhatikan bila seseoang menjadi anggota masyrarakat dimana ia tinggal.

b)    Amoral dan Imoral
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata amoral berarti tidak bermoral atau tidak berakhlak. Sedangkan immoral berarti bertentangan dengan moralitas yang baik,secara moral buruk, tidak etis.

c)    Etika dan Etiket
Etiket berasal dan bahasa Inggris Etiquette. Etika berarti moral, sedangkan etiket berarti sopan santun.
Persamaan etika dengan etiket:
a. Sama-sama menyangkut perilaku manusia.
b. Memberi norma bagi perilaku manusia, yaitu menyatakan tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
Perbedaan antara etiket dengan etika:
Etiket :
1. Menyangkut cara sesuatu perbuatan yang harus dilakukan.
2. Hanya berlaku dalam pergaulan, bila tidak ada orang lain tidak berlaku.
3. Bersifat relative, tidak sopan dalam satu kebudayaan, sopan dalam kebudayaan lain.
4. Memandang manusia dari segi lahiriyah.
Etika :
1. Tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan, memberi nilai tentang perbuatan itu sendiri.
2. Selalu berlaku, tidak tergantung hadir atau tidaknya seseorang.
3. Bersifat absolut, contoh “Jangan mencuri”, “Jangan berbohong”.
4. Memandang manusia dan segi bathiniah.

d)     Etika sebagai Cabang Filsafat
    Etika merupakan cabang filsafat yang mengenakan refleksi serta metode pada tugas manusia dalam upaya menggali nilai-nilai moral atau -menerjemahkan berbagai nilai itu ke dalam norma-norma dan menerapkannya pada situasi kehidupan konkret.
Sebagai ilmu, etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat, ia mencari keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi etika, ia mencari ukuran baik-buruk bagi tingkah laku manusia.
ebagai ilmu dan filsafat, etika menghendaki ukuran yang umum, tidak berlaku untuk sebagian dari manusia, tetapi untuk semua manusia.

e)     Peranan Etika dalam Dunia Modern
1.Adanya pluralisme moral
Adalah suatu kenyataan sekarang ini bahwa kita hidup dalam zaman yang semakin pluralistic, tidak terkecuali dalam hal moralitas
2.Timbulnya masalah-masalah etis baru
Ciri lain yang menandai zaman kita adalah timbulnya masalah-masalah etis baru, terutama yang di sebabkan perkembangan pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya ilmu-ilmu biomedis.
3.Munculnya kepedulian etis yang semakin universal.
Ciri berikutnya yang menandai zaman kita adalah adanya suatu kepedulian etis yang semakin universal.
4. Hantaman gelombang modernisasi
Kita sekarang ini hidup dalam masa transformasi masyarakat yang tanpa tanding.
5. tawaran berbagi ideologi
Proses perubahan sosial budaya dan moral yang terus terjadi, tidak jarang telah membawa kebingungan bagi banyak orang atau kelompok orang.
6. Tantangan bagi agamawan
Etika juga diperlukan oleh para agamawan untuk tidak menutup diriterhadap persoalan-persoalan praktis kehidupan umat manusia.

f)     Moral dan Agama
Agama mempumyai hubungan erat dengan moral. Dsar terpenting dari tingkah laku moral adalah agama. Agama mengatur bagaimana cara kita hidup. Setiap agama mengandung ajaran moral yang menjadi pegangan bagi setiap penganutnya.

g) Moral dan Hukum
    hubungan antara moral dan hukum
Hukum tidak berarti banyak/hukurn akan kosong kalau tidak dijiwai moralitas , karena hukum selalu harus diukur dengan norma moral. Di sisi lain moral juga membutuhkan hokum, moral akan mengawang-awang saja, kalau tidak diungkapkan dan dilembagakan dalam masyarakat, dengan demikian hukum bisa meningkatkan dampak sosial dari moralitas. Walupun ada hubungan erat antara moral dan hukum namun perlu diperhatikan juga bahwa moral dan hukum tidak sama.
Perbedaan antara moral dan hokum:
1. Hukum lebih terkodifikasi (ditulis sistematis , disusun dalam undang-undang) dari pada moralitas dan kedudukannya lebih kokoh
2. Hukum dan moral mengatur tingkah laku manusia namun hukum lebih memperhatikan perilaku lahiriah, sedangkan moral menyangkut sikap batin seseorang.
3. Hukum sebagian besar menjaga kepentingan masyarakat, hukum sebagian besar dapat dipaksakan, orang yang melanggar hukum sebagian besar dipaksakan tapi norma tidak dapat dipaksakan.
4. Hukum didasari atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara Moralitas didasari pada norma-norma moral yang melebihi para. Individu dan  masyarakat.












Selasa, 16 September 2014

Humaniora sebagai Ilmu, Teknologi dan Nilai


Humaniora sebagai Ilmu, Teknologi dan Nilai
1.      Pengertian kebudayaan
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Untuk lebih jelas dapat dirinci sebagai berikut :
a.       Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia yang meliputi kebudayaan material dan kebudayaan non material.
b.      Kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
c.       Kebudayaan itu adalah kebudayaan manusia dan hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan.
2.      Manusia sebagai pengemban nilai-nilai
Di muka telah dijelaskan bahwa adanya akal dan budidaya pada manusia, telah menyebabkan adanya perbedaan cara dan pola hidup di antara keduanya. Oleh karena itu, akal dan budi menyebabkan manusia memiliki cara dan pola hidup yang berdimensi ganda, yakni kehidupan yang bersifat material dan kehidupan yang bersifat spiritual. Manusia dimanapun dia berada dan apapun kedudukannya selalu berpengharapan dan berusaha merasakan nikmatnya kedua jenis kehidupan tersebut.
Hal di atas sebagaimana kodrat dari Tuhan bahwasanya manusia memang ditakdirkan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar mereka saling mengenal. Saling mengenal di sini diartikan bahwasanya agar mereka yang berbeda-beda itu bisa saling melengkapi dalam artian memberi dan menerima.
Kemajuan dan perkembangan yang hanya terbatas pada kemajuan material saja akan menimbulkan kepincangan pada kehidupan manusia. Kehidupan mereka kurang sempurna, dimensi di dalamnya akan hilang, karena batin mereka kosong akibatnya tidak akan memperoleh ketenteraman, ketertiban hidup, melainkan justru dapat lebih rusak karenanya.
Material dan spiritual adalah dua hal yang saling melengkapi. Dua hal ini bagaikan jasad dan ruh. Kebahagiaan material akan menunjang jasmani kita, sedangkan kebahagiaan spiritual akan menunjang ruhani kita.
3.      Manusia sebagai makhluk termulia
Kalau kita lihat dari segi bentuk fisiknya maupun yang ada di sebaliknya, tidak berlebihan kalau manusia menyatakan dirinya sebagai makhluk termulia. Di antara makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan.
Beberapa keistimewaan yang dimiliki manusia dibanding dengan makhluk yang lain, adalah :
a.       Manusia mampu mengatur perkembangan hidup makhluk lain dan menghindarkannya dari kepunahan.
b.      Manusia mampu mengubah apa yang ada di alam ini
c.       Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang karenanya kehidupan mereka makin berkembang dan makin sempurna
d.      Semua unsur alam termasuk makhluk-makhluk lain dapat dikuasai manusia dan dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya.
4.      Budaya sebagai sarana kemajuan dan sebagai ancaman
Filsuf Hegel dalam abad ke-19 membahas budaya sebagai keterasingan manusia dengan dirinya sendiri. Dalam berbudaya, manusia tidak menerima begitu saja apa yang disediakan oleh alam, tetapi mengubahnya dan mengembangkannya lebih lanjut.
Dengan akal dan dayanya, manusia berusaha untuk merubah sesuatu yang bersifat bahan mentah, yang disediakan oleh alam menjadi bahan jadi yang bisa dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup mereka. Dengan selalu berfikir dan mencoba, menjadikan manusia menjadi maju. Lain halnya dengan mereka yang tidak berminat untuk selalu berfikir dan mencoba. Pasti, akan terlihat sekali perbedaan antara keduanya.
Selain sebagai kemajuan budaya juga bisa menjadi ancaman. Budaya merupakan bahaya bagi manusia sendiri, yang dimaksud umpama tekhnik, peradaban, pabrik berasap, udara yang penuh debu, kota yang kotor, hutan yang masih kotor, kediktatoran akal dan budaya yang tamat. Baginya budaya itu menguasai, menyalahgunakan, menjajah dan mematikan.
Begitulah keadaannya jika manusia mengembangkan kebudayaannya tanpa memperhatikan etika. Akan terlihat sekali perbedaan antara pengembangan kebudayaan yang memperhatikan etika dan yang tidak.


HUMANIORA DAN PENGEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI
          Penguasaan dan pengembangan ilmu dan teknologi adalah amanat kemanusiaan, oleh karena itu harus memberi manfaat bagi kesejahteraan manusia. Humaniora membawa nilai-nilai budaya manusia. Nilai-nilai tersebut adalah universal. Tanpa humaniora pengembangan ilmu dan teknologi tidak lagi bermanfaat bagi manusia. Pengembangan/ perkembangan yang banyak disusupi nilai-nilai bisnis menimbulkan hedonisme yang bermula di masyarakat bisnis, yang berlanjut pada umunya.


Minggu, 14 September 2014



MAKALAH HUMANIORA SEBAGAI ILMU,
TEKNOLOGI DAN NILAI






KELOMPOK 6
DISUSUN OLEH :
                                    KETUA          : OKTRIANA FIETSA
                                    ANGGOTA    : 1. ANIDAR APRILIA
                                                              2. AYU NURUL LESTARI
                                                              3. INDAH LESTARI
                                                              4. IYANG SHENSI NIARTY
                                                              5. NUR THAHARA


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
JURUSAN DIV KEBIDANAN
2014/2015












KATA PENGANTAR

          Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang karena rahmat dan karunia–Nya kepada Penulis sehingga berhasil menyelesaikan tugas Makalah Humaniora ini.
          Makalah ini berisikan mengenai Humaniora sebagai Ilmu, Teknologi dan Nilai. Tidak lupa Penulis mengucapakan terima kasih kepada ibu Rika Feranita, S.Sos, M.Pd yang telah memberikan tugas ini dan memberikan pengetahuan kepada Penulis dari adanya tugas ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun Penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini .
          Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berperan dalam penyusunan makalah ini.




                                                                          Palembang, 10 September 2014




                                                                                    Penulis







 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2.   Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3. Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1. Bidang-bidang Humaniora…....…….………………….................................3
2.2.   Humaniora dan Etika…………………………………..................................4
2.3. Humaniora dan Agama……………….…………………...............................4
2.4.  Humaniora dan Perkembangan Ilmu dan Teknologi………....................5
2.5.   Relevansi Humaniora dengan Perkembangan IPTEK…………..………......5
2.6. Humaniora Medis…...……………….…………………...............................7
2.7    Humaniora dan ilmu kedokteran…………………………………..………..7
BAB III PENUTUP ...............................................................................................9
3.1.Kesimpulan....................................................................................................9
3.2. Saran .............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...…….10
                                                            








 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara eksplisit Humaniora tercantum di dalam KIPD II (Dirjen Dikti,1994), dalam rangkaian Humaniora, Filsafat, Metodologi, Etik dan Hukum Kedokteran. Hal ini bertujuan untuk memberi landasan bagi pemahaman tentang ilmu dan profesi kedokteran. Akan tetapi tidak ada ketetapan lebih lanjut tentang arahan, tujuan, lingkup bahasan cabang ilmu, dan buku ajar sebagai rujukan. Hal-hal tersebut diserahkan kepada masing-masing Fakultas Kedokteran.
          Dalam KIPDI III, yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Dirjen Dikti, 2005), kata humaniora tidak lagi secara eksplisit dicantumkan, tetapi terdapat 2 kompetensi yang berkaitan dengan etika, yakni 1) Kompetensi komunikasi, kemampuan berkomunikasi efektif secara etis, dan 2) Etika, moral, medikolegal, profesionalisme dan keselamatan pasien.Perubahan ini mencerminkan lebih difokuskannya humaniora kepada etikyang antara keduanya bersinggungan, bahkan adanya bagian yang bertumpang tindih.
Humaniora adalah cerita, ide dan kata-kata yang membantu kita merasakan kehidupan dan dunia kita. Humaniora mengenalkan kita pada orang-orang yang tidak pernah kita temui, tempat yang tidak pernah kita kunjungi, dan ide yang tidak pernah terlintas dalam benak kita. Dengan memperlihatkan bagaimana orang-orang lain hidup dan berpikir tentang kehidupan, humaniora membantu kita menentukan apa yang penting dalam kehidupan kita dan apa yang dapat kita lakukan untuk membuatnya lebih baik.

1.2   Rumusan Masalah
1.      Apa saja bidang-bidang dari humaniora?
2.      Apakah hubungan humaniora dan etika?
3.      Apakah hubungan humaniora dan agama?
4.      Apakah hubungan humaniora dan perkembangan iptek?
5.      Apa sajakah relevansi humaniora dengan perkembangan iptek?
6.      Apakah hubungan antara humaniora medis?
7.      Apakah hubungan humaniora dan ilmu kedokteran ?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui bidang-bidang humaniora
2.      Memahami hubungan antara humaniora dan etika
3.      Memahami hubungan antara humaniora dan agama
4.      Memahami hubungan antara humaniora dan perkembangan iptek
5.      Mengetahui apa saja relevasi humaniora dengan perkembangan iptek
6.      Memahami hubungan antara humaniora medis
7.      Memahami hubungan antara humaniora dan ilmu kedokteran



 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Bidang-bidang Humaniora
          Sebagai sebuah bidang studi, humaniora menekankan pada analisa dan pertukaran ide-ide dibandingkan ekspresi kreatif seni atau penjelasan kuantitatif ilmu pengetahuan.
Sejarah, Antropologi, dan Arkeologi mempelajari perkembangan sosial, politik dan budaya manusia.
Literatur, Bahasa dan Linguistik mempelajari bagaimana kita berkomunikasi satu sama lain, dan bagaimana ide dan pengalaman kita akan pengalaman kemanusiaan diekspresikan dan diinterpretasikan.
Filosofi, Etika, dan Perbandingan Agama mempertimbangkan ide tentang makna hidup dan alasan bagi pemikiran dan tindakan kita.
Yurisprudensi menguji nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang menginformasikan hukum kita.
Pendekatan Historis, Kritis, dan Teoritis terhadap Seni merefleksikan dan menganalisa proses kreatif.
            Pembagian bidang humaniora :
Sastra Klasik
Sejarah
Bahasa
Hukum
Literatur
Seni Drama
Musik
Teater
Dansa
Filosofi
Agama
Seni visual
Melukis

2.2 Humaniora dan Etika
          Bila humaniora memusatkan perhatian kepada manusia, Etika sebagai ilmu merupakan bagian dari filsafat yang mempelajari nilai baik-buruk, benar-salah, pantas-tidak pantas dalam kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan manusia dan lingkungannya (Hariadi, 2005). Tampak ada bidang tumpang tindih antara humaniora dan etika. Humanisme atau humanitarianisme dapat berarti juga etika, yakni faham, ajaran, bahwa satu-satunya kewajiban moral manusia adalah bekerja untuk kebaikan, perbaikan dan kesejahteraan manusia (Moris (ed), 1981).
                Unsur kemanusiaan (humaniora) mencakup manusia sebagai makhluk budaya dan nilai kemanusiaan, melingkupi kajian-kajian :
1.      Hakikat manusia sama (Universal)
2.      Kebutuhan hidup manusia
3.      Sikap dan perilaku manusia
4.      Kehidupan manusiawi dan tidak manusiawi
5.      Upaya-upaya memanusiakan manusia

 2.3 Humaniora dan Agama

Semula humaniora mencakup didalamnya juga agama/kepercayaan, tetapi kemudian, sejak William Caxton (1422-1491) (Encycl Britt, 1973) agama dipisahkan dari humaniora mempercayai adanya kekuatan supranatural merupakan naluri manusia. Nilai-nilai agama diturunkan kepada manusia melalui wahyu, yang dibawakan oleh utusanNya. Nilai-nilai religius seharusnya merupakan nilai-nilai yang paling dasar dari segala tata nilai dan karena itu ada titik temu dengan nilia-nilai budaya yang dikembangkan manusia (Muljohardjono,2004).
          Penguasaan ilmu dan pengembangan teknologi adalah upaya pemenuhan kebutuhan manusia. Untuk menjaga tercapainya tujuan tersebut, perlu hal tersebut dijaga, dikoridori oleh nilai-nilai budaya, dan nilai-nilai agama. Para agamawan/ruhaniawan tidak seharusnya terpaku pada kaidah-kaidah klasik dan baku, dalam mengantar, mengawal, perkembangan ilmu dan teknologi agar benar-benar bermanfaat bagi manusia. Agama (Islam) membuka pintu kajian-kajian terhadap rancangan, hasil, dan pemanfaatan dari pengembangan iptek. Pintu tersebut adalah ijtihad. Dengan persyaratan-persyaratan tertentu agamawan/ruhaniawan dapat mengkaji masalah-masalah kemajuan iptek, dan menghasilkan fatwa-fatwa kontemporer yang menjadi dasar yang dapat dipertanggungjawabkan bagi pemanfaatan hasil pengembangan serta rancangan pengembangan selanjutnya.

2.4 Humaniora dan Perkembangan IPTEK
          Penguasaan dan perkembangan ilmu dan teknologi adalah amanat kemanusiaan, oleh karena itu harus memberi manfaat bagi kesejahteraan manusia. Humaniora membawa nilai-nilai budaya manusia. Nilai-nilai tersebut adalah universal. Tanpa humaniora perkembangan ilmu dan teknologi tidak lagi bermanfaat bagi manusia. Perkembangan yang banyak disusupi nilai-nilai bisnis menimbulkan hedonisme yang bermula di masyarakat bisnis, yang berlanjut pada umunya.

2.5 Relevansi Humaniora dengan Perkembangan IPTEK

Seorang pakar teknologi Indonesia, M. T. Zen (2000, 97) dalam sebuah artikelnya Teknologi Nano dan Revolusi Industri Abad Ke-21 mengatakan bahwa pada awal abad ke-21 ini dunia dikuasai 3 bidang teknologi, yaitu teknologi informasi, bio-teknologi, dan teknologi Nano. Teknologi informasi terkait dengan kemajuan di bidang pertelevisian, internet, handphone yang memudahkan penyampaian dan penerimaan informasi dalam akselerasi yang luar biasa. Bioteknologi terkait dengan pemanfaatan di bidang peternakan, pertanian, kedokteran dan teknologi kloning yang memanipulasi gen. Teknologi Nano ialah memanipulasi struktur molekul dengan memanipulasi atom-atom menjadi molekul-molekul. Teknologi nano menjadikan ilmuan mampu mengatur kedudukan atom-atom yang membentuk molekul-molekul. Dalam perkembangan yang mutakhir masih ada satu bidang yang sedang diupayakan oleh negara-negara maju (terutama Amerika), yakni teknologi Terraformasi, yakni penjajagan manusia untuk membuat struktur kehidupan baru di ruang angkasa (misalnya di Planet Mars).


Dimanakah relevansi bidang humaniora terhadap perkembangan teknologi-teknologi tersebut? Dalam teknologi informasi, peran bahasa sebagai sarana komunikasi merupakan hal yang tak dapat diragukan. Sebab sulit dibayangkan sebuah informasi yang disampaikan tanpa melalui bahasa. Dalam Bio-teknologi analisis kritis melalui logika dan etika sangat diperlukan sebagai bahan pertimbangan: seberapa pentingkah pengembangan bio-teknologi itu bagi nilai-nilai kemanusiaan? Cukup masuk akallah melakukan klonasi terhadap makhluk manusia melalui proses aseksual yang pada gilirannya akan melahirkan bentuk penyeragaman manusia? Apa gerangan dampak yang ditimbulkan oleh penyeragaman tersebut bagi eksistensi manusia? Dalam teknologi Nano, M.T. Zen sendiri tidak mampu menjawab pertanyaan yang muncul yakni kemana teknologi Nano akan membawa manusia. Apakah manusia akan sampai ke titik kehidupan buatan (artifical life)? Dalam teknologi Terraformasi, seandainya unsur-unsur kehidupan dapat dibentuk di planet Mars dalam jutaan tahun yang akan datang, sudah siapkah manusia untuk menghuni wilayah baru itu dengan meninggalkan planet bumi sebagai wilayah usang yang menyebalkan? Melalaikan dimensi kemanusiaan (humanior) dalam setiap derap langkah kemajuan Iptek hanya akan menimbulkan “rasa sesal kemudian tiada guna” Jurnal Filsafat, Desember 2003, Jilid 35, Nomor 3214.
Dalam filsafat Yunani, Logos, ethos, dan pathos merupakan sarana dasariah manusia dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus dilakukan secara simultan.

2.6 Humaniora Medis
          Humaniora medis merupakan bidang interdisipliner medis dimana termasuk humaniora (literatur, filosofi, etika, sejarah dan bahasa), ilmu sosial (antropologi, studi budaya, psikologi, sosiologi), dan seni (literatur, teater, film dan seni visual) dan aplikasinya terhadap edukasi dan praktek medis.
          Humaniora dan seni memberikan pengertian yang dalam tentang kondisi manusia, penderitaan, kemanusiaan dan tanggung jawab kita satu sama lain, dan menawarkan perspektif sejarah dalam praktek medis. Perhatian terhadap literatur dan seni membantu dalam membangun dan memelihara kemampuan observasi, analisis, empati dan refleksi-diri – kemampuan yang penting bagi pengobatan medis manusia. Ilmu sosial membantu kita memahami bagaimana biologi dan medis menempatkan diri dalam konteks sosial dan budaya dan juga bagaimana budaya berinteraksi dengan pengalaman individual akan kesakitan dan cara ilmu medis dipraktekkan.

2.7 Humaniora dan Ilmu Kedokteran

Lebih khusus dalam kaitan dengan pengembangan ilmu dan teknologi, ialah Iptek Kedokteran. Kedokteran adalah ilmu yang paling manusiawi, seni yang paling indah, dan humaniora yang paling ilmiah (Pellegrino, 1970).

Clauser (1990) berpendapat bahwa mempelajari humaniora – sastra, filsafat, sejarah – dapat meningkatkan kualitas pikir (qualities of mind) yang diperlukan dalam ilmu kedokteran. Kualitas pikir tidak lagi terfokus pada hal-hal hafalan, materi baku, konsep mati, tetapi ditingkatkan dalam hal kemampuan kritik, perspektif yang lentur, tidak terpaku pada dogma, dan penggalian nilai-nilai yang berlaku didalam ilmu kedokteran. Menurunnya studi kedokteran cenderung memfokuskan mindset pada ujian, diskusi yang monoton tentang pasien, hasil laboratorium, insiden, banyak pasien, dan lain-lain. Humaniora membebaskan kita dari terkunci dalam satu mindset. Kita perlu kelenturan dalam mengubah perspektif, dan mengubah interpretasi bila diperlukan. Dengan sastra, seseorang (mahasiswa kedokteran) dapat mengembangkan empati dan toleransi, mencoba menempatkan diri dalam gaya hidup, imaginasi, keyakinan yang berbeda.
Ilmu kedokteran, selain ilmu-ilmu dasar, adalah juga profesi. Pengembangan profesi cenderung mengkotak-kotakkan pada bidang spesialisasi. Seorang spesialis cenderung memahami hanya bidang spesialisasinya saja. Tuntutan efektif-efisien, perhitungan cost-benefit cenderung menghapus nilai empati, kurang dapat menempatkan diri sebagai penderita. Hubungan dokter-pasien menjadi kurang manusiawi. Humaniora memperbaiki kondisi tersebut.




BAB III
 PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1.      Pengembangan ilmu dan teknologi adalah amanat kemanusiaan, untuk kesejahteraan manusia. Oleh karena itu perlu dipandu oleh nilai-nilai humaniora, agar terjamin kemanfaatannya untuk manusia.
2.      Agama seharusnya merupakan nilai yang paling azasi dari seluruh nilai-nilai humaniora. Nilai-nilai agama diharapkan dapat dikembangkan oleh agamawan/ruhaniawan untuk memandu pengembangan ilmu / teknologi dan penerapannya.
3.      Ilmu kedokteran adalah ilmu yang sarat dengan nilai-nilai, namun hal ini sering dilupakan. Oleh karena itu, humaniora perlu diberikan untuk membuat professi medic lebih sensitive terhadap adanya nilai – nilai tersebut dan penerapannya dalam praktek.
4.      Humaniora diharapkan dapat meningkatkan kualitas berfikir, yang ditengarai sebagai sifat kritis, lentur dalam perspektif, tidak terpaku pada dogma, tanggap terhadap nilai-nilai, dan sifat empati.

3.2. Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing Humaniora Ibu Rika Feranita, S.Sos, M.Pd yang telah memberikan tugas makalah ini.

 

DAFTAR PUSTAKA
Yunus Rahma, dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar untuk Kebidanan.Fitramaya:Yogyakarta.
http://dirosahku.blogspot.com/2013/04/makalah-humaniora.html
http://www.scribd.com/doc/66941547/MAKALAH-HUMANIORA
http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2010/01/07/humaniora/
kinanth.googlecode.com/files/makalah.docx

 

Jumat, 12 September 2014

Makalah Pembahasan Pemakaian Huruf dan Penulisan Kata Berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)


MAKALAH PEMBAHASAN MENGENAI PEMAKAIAN HURUF DAN PENULISAN KATA BERDASARKAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)




:
KELOMPOK : 1
DISUSUN OLEH
1.      DESTI DWI LESTARI
2.      DESTI PUTRI ANDARIE
3.      OKTRIANA FIETSA
4.      UNDIANA



POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
D-IV KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2014/2015







I. PEMAKAIAN HURUF
A.Huruf Abjad
Huruf abjad sebanyak  dua puluh enam huruf, yaitu:
a, b, c, d, e, f, g, h, i, j,k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u v, w, x, y, z.
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri atas huruf a, e*, i, o, dan u.

*  Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen ( ‘ ) dapat digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya :
Di mana kecap itu dibuat?
Coba kecap dulu makanan itu.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf  b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.

D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

E. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

F. Huruf Kapital
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat dan petikan langsung.
Misalnya:
            Dia membaca buku
            Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ugkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
            Islam, Kristen, Quran, Alkitab.
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,  keturunan, dan keagamaan, jabatan, instansi yang diikuti nama orang atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.
Misalnya:
            Wakil Presiden Adam Malik
            Gubernur Jawa Tengah
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
            Amir Hamzah
Catatan:
a           Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam bahasa Belanda), von (dalam bahasa Jerman), atau da (dalam nama Portugal).
Misalnya:
            J.J de Hollander
            Vasco da Gama
     Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti.
Misalnya:
            Abdul Rahman bin Zaini
            Siti Fatimah binti Salim                
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
            bangsa Eskimo
bahasa Indonesia
6.a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
Misalnya
            tahun Hijriah                           bulan Maulid
            bulan Agustus                         hari Galungan
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
            Perang Dunia I
            Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama.
Misalnya:
            Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
7.a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.
Misalnya:
            Jawa Barat                     
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.
Misalnya:
            Bukit Barisan
            Gunung Semeru
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Misalnya:
            ukiran Jepara
            tari Melayu
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau dan untuk.
Misalnya:
            Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.
Misalnya:
            Perserikatan Bangsa-Bangsa
            Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) didalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah. Kecuali, kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalya:
            Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sappan yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya:
            Dr.       Doktor
Catatan:
Gelar akademi dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
12.a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
            Adik bertanya, “itu apa, Bu?”
            Besok Paman akan datang.
 b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan ataun penyapaan.
Misalnya:
            Kita harus menghormati bapak dan ibu.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.
Misalnya:
            Sudahkah Anda tahu?
            Surat Anda sudah kami terima dengan baik.
G. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
            Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
Catatan:
            Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
            Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.
3.a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
            Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
b. ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misalnya:
            Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
H. Huruf Tebal 
1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Misalnya:
            Judul               : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
            Bab                  : BAB I PENDAHULUAN
            Bagian Bab     : 1.1 Latar Belakang Masalah
                                      1.2 Tujuan
Daftar, indeks, dan lampiran:
            DAFTAR ISI
            DAFTAR TABEL   
2. Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
Misalnya:
            kalah v 1 tidak menang ...2 kehilangan atau merugi...; 3 tidak lulus ...; 4    
            tidak menyamai.


II. PENULISAN KATA
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar di tulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
            Buku itu sangat menarik.
            Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
B. Kata Turunan
1. a.  Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) di tulis serangkai dengan bentuk
        dasarnya.
       Misalnya :
            Berjalan, dipermainkan, gemetar, kemauan, lukisan, petani.
   b.  Imbuhan di rangkaiakan dengan tanda hubung jika di tambahkan pada bentuk
        singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
       Misalnya :
            Mem-PHP-kan, di- PTUN-kan, di-upgrade, me-recall.
2.  Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran di tulis rangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya :
            Bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.
3.   Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu di tulis serangka.
Misalnya :
            Dilipatgandakan
Menyebarluaskan
4.   Jika salah satu unsur gabungan kata hanya di pakai dalam kombinasi, gabungan kata itu di tulis serangkai.
       Misalnya :
            Adipati                                    Dwiwarna                   Paripurna
            Aerodinamika             Ekawarna                    Poligami         
Catatan :
1. jika bentuk terikat di ikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, tanda hubung (-) di gunakan di antara kedua unsur itu.
Misalnya :
            non-Indonesia, pan-Afrikanisme, pro-Barat.
2. Jika kata maha sebagai undur gabungan merujuk kepada Tuhan yang di ikuti oleh kata berimbuhan, gabungan itu di tulis terpisah dan unsur-unsurnya di mulai dengan huruf kapital.
Misalnya :
            Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
            Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
3. Jika kata maha sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan di ikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu di tulis serangkai.
Misalnya :
            Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
4. Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang di serap kedalam bahasa indonesia seperti pro, kontra, dn anti, dapat di gunakan sebagai bentuk dasar.
Misalnya :
            Sikap masyarakat yang pro lebih banyak dari pada yang kontra.
Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
5. Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan di tulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi di tulis terpisah jika di ikuti oleh bentuk berimbuhan.
Misalnya :
            Taktembus cahaya, tak bersuara, tak terpisahkan.
C.   Bentuk Ulang
1. Bentuk ulang di tulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya :
            Anak-anak                   mata-mata
            Berjalan-jalan              menulis-nulis
Catatan :
            1. Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan menggunakan unsur utama
    saja.
Misalnya :
                                Surat kabar      ->        Surat-surat kabar
                        Kapal barang   -> kapal-kapal barang
            2. Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva di tulis
                dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna
                  yang berbeda.
            Misalnya :
                        Orang besar                     ->               Orang-orang besar
                                                                                                  Orang besar-besar
2.   Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
            Misalnya :
                        Kekanak-kanakan, perundang-undangan, melambai-lambaikan, di      
                        besar-besarkan, memata-matai.
Catatan :
            Angka 2 dapat di gunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan
             khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.
            Misalnya :
                        Pemerintah sedang mempersiapkan rancanagn undang2  baru.
                        Kami mengundang orang2 yang berminat saja.

D.   Gabungan Kata
1.  unsur-unsur gabungan kata yang lazim di sebut kata majemuk di tulis terpisah.
            Misalnya :
                        duta besar                                model linear
                        kambing hitam                        orang tua
2.   Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat di tulis
      dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk          menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya :
            anak - istri Ali                                                 anak istri – Ali
            ibu – bapak kami                                 ibu bapak – kami
3.   Gabungan kata yang di rasakan sudah padu benar di tulis serangkai.
            Misalnya :
                        Acapkali                   darmasiswa                    puspawarna
                        Adakalanya             darmawisata                    radioaktif
E.   Suku Kata
1.   Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan dengan sebagai berkut.
a. jika ditengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya :
            Bu-ah
            Ma-in
b.  Huruf diftong ai,au, dan oi tidak di penggal.
Misalnya :
            Pan-dai, au-la, sau-da-ra,am-boi
c. Jika ditengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) diantara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya :
            Ba-pak, la-wan, de-ngan,ke-nyang, mu-ta-khir, mu-sya-wa-rah.
d. jika ditengah  kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya :
            Ap-ril, cap-lok, makh-luk, man-di, sang-gup, som-bong, swas-ta
e. jika ditengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya :
            Ul-tra, in-fra, ben-trok, in-stru-men.
Catatan :
            (1) gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
            Misalnya :
Bang-krut, bang-sa, ba-nyak, ikh-las, kong-res, makh-luk,masy-hur, sang-gup.
            (2) pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf (vokal) diawal atau akhir baris.
            Misalnya :
            Itu       -.>    i-tu
            Setia    ->    se-ti-a

2. Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan diantara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu.
Misalnya :
            Ber-jalan, mem-bantu, di-ambil, ter-bawa, per-buat, makan-an, letak-kan,
            me-rasa-kan, pergi-lah.
catatan :
(1) pemggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya :
            Me-nu-tup, me-ma-kai, me-nya-pu, me-nge-cat, pe-no-long, pe-mi-kir, pe-nga-rang, pe-nye-but, pe-nge-tik.
(2) akhiran – i tidak dipisahkan pada pengantian baris.
(3) pemenggalan kata berisisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya :
            Ge-lem-bung, ge-mu-ruh, ge-ri-gi, si-nam-bung, te-lun-juk.
(4). pemenggalan tidak di lakukan pada suku kata yang terdiri atas satu vokal.
Misalnya :
            Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan....
            Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau ambil makanan itu.

3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan diantara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya :
            Bio-grafi                      bi-o-gra-fi
            Intro-speksi                 in-tro-spek-si

4. Nama orang badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih dipenggal pada akhir baris diantara unsur-unsurnya ( tanpa tanda pisah ).
Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.

F.   Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim di anggap sebagai suatu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya :
            Bermalam sajalaha di sini.
            Mari kita berangkat ke kantor.
            Cincin itu terbuat dari emas.
Catatan :
            Kata-kata yang di cetak miring dalam kalimat seperti bawah ini di tulis serangkai.
Misalnya :
            Kami percaya sepenuhnya kepadanya..
            Dia masuk, lalu keluar lagi

G.   Partikel
1.   Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
      mendahuluinya.
      Misalnya :
                        Bacalah buku itu baik-baik!
                        Apakah yang tersirat dalam surat itu?
                        Apatah gunanya bersedih hati?
2.   Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
            Misalnya :
                        Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan  
                        bijaksana..
                        Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke
                        rumahku.
            Catatan :
                        Partikel pun pada gabungan yang lazim di anggap padu ditulis
                        serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
            Misalnya :
                        Baik laki-laki maupun perempuan ikut berdemonstrasi.
                        Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri.
3.   Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata
       yang mengikutinya.
            Misalnya :
                        Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.
                        Harga kain itu Rp. 50.000,00 per helai.
                        Pegawai negri mendapat kenaikan gaji per 1 januari.
            Catatan :
                        Partikel per dalam bilangan pecahan yang di tulis dengan huruf di
                        tuliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya.


H.   Singkatan dan Akronim
1. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
          a) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
                dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
            Misalnya :
                        A.H. Nasution                        Abdul Haris Nasution
                        M.B.A.                                    Master of Business Administration
            b) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
                   atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan
                   huruf awal kata di tulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan
                   tanda titik.
            Misalnya :
                        PBB                Perserikatan Bangsa-Bangsa
                        WHO              World Health Organization
            c) 1. Singkatan kata berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
                        Misalnya :
                                    Kpd.                            Kepada
                                    Hlm.                            Halaman
                  2. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan
                       tanda titik.       
                        Misalnya :
                                    Dll.                              Dan lain-lain
                                    Dsb.                             Dan sebagainya
                        Catatan :
                                    Singkatan itu dapat di gunakan untuk keperluan khusus,
                                    seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah.
            d) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan
                   dalam surat menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.
                        Misalnya :
                                    a.n.                              atas nama
                                    u.p.                              untuk perhatian          
            e) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran timbangan, dan
                   mata uang tidak diikuti tanda dengan titik.
                        Misalnya :
                                    Cu                               Kuprum
                                    Cm                              Sentimeter
2.   Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai       sebuah kata.
              a) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur
                    nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
                   Misalnya :
                         LIPI                                 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
                         PASI                                Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
             b) Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis
                    dengan huruf awal kapital.
                    Misalnya :
                         Bulog                           Badan Usaha Logistik
                         Bappenas                     Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
              c) Akronim bukan nama diri yang berupansingkatan dari dua kata atau    
              lebih tulisan dengan huruf kecil.
Misalnya:
              Pemilu           pemilihan umum
              Iptek             ilmu pengetahuan dan teknologi
Catatan:
Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut:
 (1) Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia (tidak ebih dari tiga suku kata).
 (2) akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat.
 I. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku,       -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
              Bukuku, bukumu, dan bukunya tesimpan diperpustakaan.
Catatan:
Kata-kata ganti itu (-ku, -mu, dan –nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital.
Misalnya :
              KTP-mu, SIM-mu, dan STNK-mu.
J. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
Catatan:
Huruf awal si dan sang dengan huruf kapital kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama diri.
Misalnya:
              Harimau itu marah sekali kepada Sang Kancil.
              Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.