MAKALAH PEMBAHASAN MENGENAI
PEMAKAIAN HURUF DAN PENULISAN KATA BERDASARKAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
:
KELOMPOK
: 1
DISUSUN
OLEH
1. DESTI
DWI LESTARI
2. DESTI
PUTRI ANDARIE
3. OKTRIANA
FIETSA
4. UNDIANA
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
D-IV KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2014/2015
I. PEMAKAIAN HURUF
A.Huruf Abjad
Huruf
abjad sebanyak dua puluh enam huruf,
yaitu:
a,
b, c, d, e, f, g, h, i, j,k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u v, w, x, y, z.
B. Huruf Vokal
Huruf
yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri atas huruf a, e*, i, o, dan u.
* Untuk keperluan pelafalan kata yang benar,
tanda aksen ( ‘ ) dapat digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya
:
Di
mana kecap itu dibuat?
Coba
kecap dulu makanan itu.
C. Huruf Konsonan
Huruf
yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s,
t, v, w, x, y, z.
D. Huruf Diftong
Di
dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan
oi.
E. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan
huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.
F. Huruf Kapital
1.
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat dan petikan langsung.
Misalnya:
Dia membaca buku
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
2.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ugkapan yang
berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
Misalnya:
Islam, Kristen, Quran, Alkitab.
3.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan, jabatan, instansi
yang diikuti nama orang atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama
orang tertentu.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Gubernur Jawa Tengah
4.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Catatan:
a Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama seperti pada de, van, dan der (dalam bahasa Belanda), von (dalam bahasa
Jerman), atau da (dalam nama Portugal).
Misalnya:
J.J de Hollander
Vasco da Gama
Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak
dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti.
Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Siti Fatimah binti Salim
5.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misalnya:
bangsa Eskimo
bahasa
Indonesia
6.a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari
raya.
Misalnya
tahun Hijriah bulan Maulid
bulan Agustus hari Galungan
b.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Perang Dunia I
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
c.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
digunakan sebagai nama.
Misalnya:
Perlombaan senjata membawa risiko
pecahnya perang dunia.
7.a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.
Misalnya:
Jawa Barat
b.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang
diikuti nama diri geografi.
Misalnya:
Bukit Barisan
Gunung Semeru
c.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi
jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Misalnya:
ukiran Jepara
tari Melayu
8.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali
kata tugas, seperti dan, oleh, atau dan untuk.
Misalnya:
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
9.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen
resmi, dan judul karangan.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
10.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) didalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah.
Kecuali, kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak
terletak pada posisi awal.
Misalya:
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
11.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sappan yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya:
Dr. Doktor
Catatan:
Gelar
akademi dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur
secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 036/U/1993.
12.a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam
penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
Adik bertanya, “itu apa, Bu?”
Besok Paman akan datang.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
yang tidak digunakan dalam pengacuan ataun penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan
ibu.
13.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda sudah kami terima dengan
baik.
G. Huruf Miring
1.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Majalah Bahasa dan Sastra
diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi
yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf
miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
2.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.
3.a.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang
bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
b.
ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya
diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat
kali kudeta.
H. Huruf Tebal
1.
Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab,
daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Misalnya:
Judul : HABIS GELAP
TERBITLAH TERANG
Bab : BAB I PENDAHULUAN
Bagian
Bab : 1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
Daftar,
indeks, dan lampiran:
DAFTAR
ISI
DAFTAR
TABEL
2.
Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta
untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
Misalnya:
kalah
v
1 tidak menang ...2 kehilangan atau merugi...; 3 tidak lulus ...; 4
tidak menyamai.
II. PENULISAN KATA
A. Kata Dasar
Kata
yang berupa kata dasar di tulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan
keberhasilanmu.
B.
Kata Turunan
1. a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) di tulis
serangkai dengan bentuk
dasarnya.
Misalnya :
Berjalan,
dipermainkan, gemetar, kemauan, lukisan, petani.
b. Imbuhan di rangkaiakan dengan
tanda hubung jika di tambahkan pada bentuk
singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya :
Mem-PHP-kan,
di- PTUN-kan, di-upgrade, me-recall.
2.
Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran di tulis
rangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya :
Bertepuk
tangan, garis bawahi, sebar luaskan.
3.
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu di tulis serangka.
Misalnya :
Dilipatgandakan
Menyebarluaskan
4.
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya di pakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu di tulis serangkai.
Misalnya :
Adipati Dwiwarna Paripurna
Aerodinamika Ekawarna Poligami
Catatan :
1. jika bentuk terikat di ikuti oleh
kata yang huruf awalnya kapital, tanda hubung (-) di gunakan di antara kedua
unsur itu.
Misalnya :
non-Indonesia, pan-Afrikanisme, pro-Barat.
2. Jika kata maha sebagai undur gabungan merujuk kepada Tuhan yang di ikuti oleh
kata berimbuhan, gabungan itu di tulis terpisah dan unsur-unsurnya di mulai
dengan huruf kapital.
Misalnya :
Marilah
kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih.
Kita
berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
3. Jika kata maha sebagai unsur
gabungan, merujuk kepada Tuhan dan di ikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa,
gabungan itu di tulis serangkai.
Misalnya :
Tuhan
Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
4. Bentuk-bentuk terikat dari bahasa
asing yang di serap kedalam bahasa indonesia seperti pro, kontra, dn anti, dapat di gunakan sebagai bentuk dasar.
Misalnya :
Sikap
masyarakat yang pro lebih banyak dari
pada yang kontra.
Mereka memperlihatkan
sikap anti terhadap kejahatan.
5. Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan di tulis serangkai
dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi di tulis terpisah jika di ikuti
oleh bentuk berimbuhan.
Misalnya :
Taktembus cahaya, tak bersuara, tak
terpisahkan.
C. Bentuk Ulang
1. Bentuk ulang di tulis dengan
menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya :
Anak-anak mata-mata
Berjalan-jalan menulis-nulis
Catatan :
1.
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan menggunakan unsur utama
saja.
Misalnya
:
Surat
kabar -> Surat-surat kabar
Kapal barang -> kapal-kapal
barang
2. Bentuk ulang gabungan kata yang
unsur keduanya adjektiva di tulis
dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna
yang berbeda.
Misalnya :
Orang besar -> Orang-orang
besar
Orang besar-besar
2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan
bentuk ulang.
Misalnya :
Kekanak-kanakan, perundang-undangan,
melambai-lambaikan, di
besar-besarkan,
memata-matai.
Catatan
:
Angka 2 dapat di gunakan dalam
penulisan bentuk ulang untuk keperluan
khusus, seperti dalam pembuatan
catatan rapat atau kuliah.
Misalnya :
Pemerintah sedang
mempersiapkan rancanagn undang2 baru.
Kami mengundang orang2 yang berminat saja.
D.
Gabungan Kata
1. unsur-unsur gabungan kata yang lazim di sebut
kata majemuk di tulis terpisah.
Misalnya :
duta besar model linear
kambing hitam orang tua
2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan
kesalahan pengertian dapat di tulis
dengan menambahkan tanda hubung di antara
unsur-unsurnya untuk menegaskan
pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya
:
anak
- istri Ali anak
istri – Ali
ibu
– bapak kami ibu
bapak – kami
3. Gabungan kata yang di rasakan sudah padu
benar di tulis serangkai.
Misalnya :
Acapkali darmasiswa puspawarna
Adakalanya darmawisata radioaktif
E.
Suku Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan
dengan sebagai berkut.
a.
jika ditengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf
vokal itu.
Misalnya
:
Bu-ah
Ma-in
b. Huruf diftong ai,au, dan oi tidak di penggal.
Misalnya
:
Pan-dai, au-la, sau-da-ra,am-boi
c.
Jika ditengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan)
diantara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan
itu.
Misalnya
:
Ba-pak, la-wan, de-ngan,ke-nyang,
mu-ta-khir, mu-sya-wa-rah.
d.
jika ditengah kata dasar ada dua huruf
konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan antara kedua huruf konsonan
itu.
Misalnya
:
Ap-ril, cap-lok, makh-luk, man-di,
sang-gup, som-bong, swas-ta
e.
jika ditengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan diantara huruf konsonan yang
pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya
:
Ul-tra,
in-fra, ben-trok, in-stru-men.
Catatan
:
(1) gabungan huruf konsonan yang
melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya :
Bang-krut,
bang-sa, ba-nyak, ikh-las, kong-res, makh-luk,masy-hur, sang-gup.
(2) pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu
huruf (vokal) diawal atau akhir baris.
Misalnya :
Itu
-.> i-tu
Setia -> se-ti-a
2.
Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan diantara
bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu.
Misalnya
:
Ber-jalan,
mem-bantu, di-ambil, ter-bawa, per-buat, makan-an, letak-kan,
me-rasa-kan, pergi-lah.
catatan
:
(1)
pemggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan
seperti pada kata dasar.
Misalnya
:
Me-nu-tup, me-ma-kai, me-nya-pu,
me-nge-cat, pe-no-long, pe-mi-kir, pe-nga-rang, pe-nye-but, pe-nge-tik.
(2)
akhiran – i tidak dipisahkan pada
pengantian baris.
(3)
pemenggalan kata berisisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya
:
Ge-lem-bung, ge-mu-ruh, ge-ri-gi,
si-nam-bung, te-lun-juk.
(4).
pemenggalan tidak di lakukan pada
suku kata yang terdiri atas satu vokal.
Misalnya
:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan....
Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau ambil makanan itu.
3.
Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu
dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan diantara
unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata
dasar.
Misalnya
:
Bio-grafi bi-o-gra-fi
Intro-speksi in-tro-spek-si
4.
Nama orang badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau
lebih dipenggal pada akhir baris diantara unsur-unsurnya ( tanpa tanda pisah ).
Unsur
nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.
F.
Kata Depan di, ke, dan dari
Kata
depan di, ke, dan dari di tulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim di anggap sebagai
suatu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya
:
Bermalam sajalaha di sini.
Mari kita berangkat ke kantor.
Cincin itu terbuat dari emas.
Catatan
:
Kata-kata yang di cetak miring dalam
kalimat seperti bawah ini di tulis serangkai.
Misalnya
:
Kami percaya sepenuhnya kepadanya..
Dia masuk, lalu keluar lagi
G.
Partikel
1. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis
serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya :
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Apatah gunanya bersedih hati?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya.
Misalnya :
Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan
bijaksana..
Jangankan dua kali, satu
kali pun engkau belum pernah datang
ke
rumahku.
Catatan :
Partikel pun pada
gabungan yang lazim di anggap padu ditulis
serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
Misalnya :
Baik laki-laki maupun
perempuan ikut berdemonstrasi.
Walaupun
sederhana, rumah itu tampak asri.
3. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’,
atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
Misalnya :
Mereka masuk ke dalam
ruang satu per satu.
Harga kain itu Rp.
50.000,00 per helai.
Pegawai negri mendapat
kenaikan gaji per 1 januari.
Catatan :
Partikel per dalam
bilangan pecahan yang di tulis dengan huruf di
tuliskan serangkai
dengan kata yang mengikutinya.
H.
Singkatan dan Akronim
1.
Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a) Singkatan nama orang, nama gelar,
sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
Misalnya :
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
M.B.A. Master of
Business Administration
b) Singkatan nama resmi lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, badan
atau organisasi, serta nama dokumen
resmi yang terdiri atas gabungan
huruf awal kata di tulis dengan huruf
kapital dan tidak diikuti dengan
tanda titik.
Misalnya :
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
WHO World Health Organization
c) 1. Singkatan kata berupa gabungan
huruf diikuti dengan tanda titik.
Misalnya :
Kpd. Kepada
Hlm. Halaman
2. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan
tanda titik.
Misalnya :
Dll. Dan lain-lain
Dsb. Dan sebagainya
Catatan :
Singkatan itu
dapat di gunakan untuk keperluan khusus,
seperti
dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah.
d) Singkatan gabungan kata yang
terdiri atas dua huruf (lazim digunakan
dalam surat menyurat) masing-masing
diikuti oleh tanda titik.
Misalnya :
a.n. atas nama
u.p. untuk perhatian
e) Lambang kimia, singkatan satuan
ukuran, takaran timbangan, dan
mata uang tidak diikuti tanda dengan
titik.
Misalnya :
Cu Kuprum
Cm Sentimeter
2. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau
lebih yang diperlakukan sebagai
sebuah kata.
a) Akronim nama diri yang berupa
gabungan huruf awal unsur-unsur
nama diri ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya :
LIPI Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia
PASI Persatuan
Atletik Seluruh Indonesia
b) Akronim nama diri yang berupa
singkatan dari beberapa unsur ditulis
dengan huruf awal kapital.
Misalnya :
Bulog Badan Usaha Logistik
Bappenas Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional
c) Akronim bukan nama diri yang
berupansingkatan dari dua kata atau
lebih tulisan dengan huruf kecil.
Misalnya:
Pemilu pemilihan umum
Iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
Catatan:
Jika
pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat
berikut:
(1) Jumlah suku kata akronim tidak melebihi
jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia (tidak ebih dari tiga suku
kata).
(2) akronim dibentuk dengan mengindahkan
keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa
Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat.
I. Kata
Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
Kata
ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan
kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bukuku, bukumu, dan bukunya
tesimpan diperpustakaan.
Catatan:
Kata-kata
ganti itu (-ku, -mu, dan –nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila
digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf
kapital.
Misalnya
:
KTP-mu, SIM-mu, dan STNK-mu.
J. Kata si dan sang
Kata si dan sang
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Toko
itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
Catatan:
Huruf awal si
dan sang dengan huruf kapital kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama
diri.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada
Sang Kancil.
Dalam cerita itu Si Buta dari Goa
Hantu berkelahi dengan musuhnya.
Thanks.
BalasHapustolong buat kn daftar pustakanya? ;)
Terimakasih ngebantu tugas saya :)
BalasHapustrimakasih sangat membantu.
BalasHapusmakasii :)
BalasHapus