Jumat, 12 September 2014

Makalah Pembahasan Pemakaian Huruf dan Penulisan Kata Berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)


MAKALAH PEMBAHASAN MENGENAI PEMAKAIAN HURUF DAN PENULISAN KATA BERDASARKAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)




:
KELOMPOK : 1
DISUSUN OLEH
1.      DESTI DWI LESTARI
2.      DESTI PUTRI ANDARIE
3.      OKTRIANA FIETSA
4.      UNDIANA



POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
D-IV KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2014/2015







I. PEMAKAIAN HURUF
A.Huruf Abjad
Huruf abjad sebanyak  dua puluh enam huruf, yaitu:
a, b, c, d, e, f, g, h, i, j,k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u v, w, x, y, z.
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri atas huruf a, e*, i, o, dan u.

*  Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen ( ‘ ) dapat digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya :
Di mana kecap itu dibuat?
Coba kecap dulu makanan itu.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf  b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.

D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

E. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

F. Huruf Kapital
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat dan petikan langsung.
Misalnya:
            Dia membaca buku
            Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ugkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
            Islam, Kristen, Quran, Alkitab.
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,  keturunan, dan keagamaan, jabatan, instansi yang diikuti nama orang atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.
Misalnya:
            Wakil Presiden Adam Malik
            Gubernur Jawa Tengah
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
            Amir Hamzah
Catatan:
a           Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam bahasa Belanda), von (dalam bahasa Jerman), atau da (dalam nama Portugal).
Misalnya:
            J.J de Hollander
            Vasco da Gama
     Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti.
Misalnya:
            Abdul Rahman bin Zaini
            Siti Fatimah binti Salim                
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
            bangsa Eskimo
bahasa Indonesia
6.a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
Misalnya
            tahun Hijriah                           bulan Maulid
            bulan Agustus                         hari Galungan
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
            Perang Dunia I
            Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama.
Misalnya:
            Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
7.a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi.
Misalnya:
            Jawa Barat                     
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.
Misalnya:
            Bukit Barisan
            Gunung Semeru
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Misalnya:
            ukiran Jepara
            tari Melayu
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau dan untuk.
Misalnya:
            Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.
Misalnya:
            Perserikatan Bangsa-Bangsa
            Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) didalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah. Kecuali, kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalya:
            Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sappan yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya:
            Dr.       Doktor
Catatan:
Gelar akademi dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
12.a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
            Adik bertanya, “itu apa, Bu?”
            Besok Paman akan datang.
 b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan ataun penyapaan.
Misalnya:
            Kita harus menghormati bapak dan ibu.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.
Misalnya:
            Sudahkah Anda tahu?
            Surat Anda sudah kami terima dengan baik.
G. Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
            Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
Catatan:
            Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
            Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.
3.a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
            Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
b. ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misalnya:
            Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
H. Huruf Tebal 
1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Misalnya:
            Judul               : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
            Bab                  : BAB I PENDAHULUAN
            Bagian Bab     : 1.1 Latar Belakang Masalah
                                      1.2 Tujuan
Daftar, indeks, dan lampiran:
            DAFTAR ISI
            DAFTAR TABEL   
2. Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
Misalnya:
            kalah v 1 tidak menang ...2 kehilangan atau merugi...; 3 tidak lulus ...; 4    
            tidak menyamai.


II. PENULISAN KATA
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar di tulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
            Buku itu sangat menarik.
            Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
B. Kata Turunan
1. a.  Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) di tulis serangkai dengan bentuk
        dasarnya.
       Misalnya :
            Berjalan, dipermainkan, gemetar, kemauan, lukisan, petani.
   b.  Imbuhan di rangkaiakan dengan tanda hubung jika di tambahkan pada bentuk
        singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
       Misalnya :
            Mem-PHP-kan, di- PTUN-kan, di-upgrade, me-recall.
2.  Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran di tulis rangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya :
            Bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.
3.   Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu di tulis serangka.
Misalnya :
            Dilipatgandakan
Menyebarluaskan
4.   Jika salah satu unsur gabungan kata hanya di pakai dalam kombinasi, gabungan kata itu di tulis serangkai.
       Misalnya :
            Adipati                                    Dwiwarna                   Paripurna
            Aerodinamika             Ekawarna                    Poligami         
Catatan :
1. jika bentuk terikat di ikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, tanda hubung (-) di gunakan di antara kedua unsur itu.
Misalnya :
            non-Indonesia, pan-Afrikanisme, pro-Barat.
2. Jika kata maha sebagai undur gabungan merujuk kepada Tuhan yang di ikuti oleh kata berimbuhan, gabungan itu di tulis terpisah dan unsur-unsurnya di mulai dengan huruf kapital.
Misalnya :
            Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
            Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
3. Jika kata maha sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan di ikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu di tulis serangkai.
Misalnya :
            Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
4. Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang di serap kedalam bahasa indonesia seperti pro, kontra, dn anti, dapat di gunakan sebagai bentuk dasar.
Misalnya :
            Sikap masyarakat yang pro lebih banyak dari pada yang kontra.
Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
5. Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan di tulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi di tulis terpisah jika di ikuti oleh bentuk berimbuhan.
Misalnya :
            Taktembus cahaya, tak bersuara, tak terpisahkan.
C.   Bentuk Ulang
1. Bentuk ulang di tulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya :
            Anak-anak                   mata-mata
            Berjalan-jalan              menulis-nulis
Catatan :
            1. Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan menggunakan unsur utama
    saja.
Misalnya :
                                Surat kabar      ->        Surat-surat kabar
                        Kapal barang   -> kapal-kapal barang
            2. Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva di tulis
                dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna
                  yang berbeda.
            Misalnya :
                        Orang besar                     ->               Orang-orang besar
                                                                                                  Orang besar-besar
2.   Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
            Misalnya :
                        Kekanak-kanakan, perundang-undangan, melambai-lambaikan, di      
                        besar-besarkan, memata-matai.
Catatan :
            Angka 2 dapat di gunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan
             khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.
            Misalnya :
                        Pemerintah sedang mempersiapkan rancanagn undang2  baru.
                        Kami mengundang orang2 yang berminat saja.

D.   Gabungan Kata
1.  unsur-unsur gabungan kata yang lazim di sebut kata majemuk di tulis terpisah.
            Misalnya :
                        duta besar                                model linear
                        kambing hitam                        orang tua
2.   Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat di tulis
      dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk          menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.
Misalnya :
            anak - istri Ali                                                 anak istri – Ali
            ibu – bapak kami                                 ibu bapak – kami
3.   Gabungan kata yang di rasakan sudah padu benar di tulis serangkai.
            Misalnya :
                        Acapkali                   darmasiswa                    puspawarna
                        Adakalanya             darmawisata                    radioaktif
E.   Suku Kata
1.   Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan dengan sebagai berkut.
a. jika ditengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya :
            Bu-ah
            Ma-in
b.  Huruf diftong ai,au, dan oi tidak di penggal.
Misalnya :
            Pan-dai, au-la, sau-da-ra,am-boi
c. Jika ditengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) diantara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya :
            Ba-pak, la-wan, de-ngan,ke-nyang, mu-ta-khir, mu-sya-wa-rah.
d. jika ditengah  kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya :
            Ap-ril, cap-lok, makh-luk, man-di, sang-gup, som-bong, swas-ta
e. jika ditengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya :
            Ul-tra, in-fra, ben-trok, in-stru-men.
Catatan :
            (1) gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
            Misalnya :
Bang-krut, bang-sa, ba-nyak, ikh-las, kong-res, makh-luk,masy-hur, sang-gup.
            (2) pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf (vokal) diawal atau akhir baris.
            Misalnya :
            Itu       -.>    i-tu
            Setia    ->    se-ti-a

2. Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan diantara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu.
Misalnya :
            Ber-jalan, mem-bantu, di-ambil, ter-bawa, per-buat, makan-an, letak-kan,
            me-rasa-kan, pergi-lah.
catatan :
(1) pemggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya :
            Me-nu-tup, me-ma-kai, me-nya-pu, me-nge-cat, pe-no-long, pe-mi-kir, pe-nga-rang, pe-nye-but, pe-nge-tik.
(2) akhiran – i tidak dipisahkan pada pengantian baris.
(3) pemenggalan kata berisisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya :
            Ge-lem-bung, ge-mu-ruh, ge-ri-gi, si-nam-bung, te-lun-juk.
(4). pemenggalan tidak di lakukan pada suku kata yang terdiri atas satu vokal.
Misalnya :
            Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan....
            Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau ambil makanan itu.

3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan diantara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya :
            Bio-grafi                      bi-o-gra-fi
            Intro-speksi                 in-tro-spek-si

4. Nama orang badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih dipenggal pada akhir baris diantara unsur-unsurnya ( tanpa tanda pisah ).
Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.

F.   Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim di anggap sebagai suatu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya :
            Bermalam sajalaha di sini.
            Mari kita berangkat ke kantor.
            Cincin itu terbuat dari emas.
Catatan :
            Kata-kata yang di cetak miring dalam kalimat seperti bawah ini di tulis serangkai.
Misalnya :
            Kami percaya sepenuhnya kepadanya..
            Dia masuk, lalu keluar lagi

G.   Partikel
1.   Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
      mendahuluinya.
      Misalnya :
                        Bacalah buku itu baik-baik!
                        Apakah yang tersirat dalam surat itu?
                        Apatah gunanya bersedih hati?
2.   Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
            Misalnya :
                        Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan  
                        bijaksana..
                        Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke
                        rumahku.
            Catatan :
                        Partikel pun pada gabungan yang lazim di anggap padu ditulis
                        serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
            Misalnya :
                        Baik laki-laki maupun perempuan ikut berdemonstrasi.
                        Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri.
3.   Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata
       yang mengikutinya.
            Misalnya :
                        Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.
                        Harga kain itu Rp. 50.000,00 per helai.
                        Pegawai negri mendapat kenaikan gaji per 1 januari.
            Catatan :
                        Partikel per dalam bilangan pecahan yang di tulis dengan huruf di
                        tuliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya.


H.   Singkatan dan Akronim
1. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
          a) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
                dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
            Misalnya :
                        A.H. Nasution                        Abdul Haris Nasution
                        M.B.A.                                    Master of Business Administration
            b) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
                   atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan
                   huruf awal kata di tulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan
                   tanda titik.
            Misalnya :
                        PBB                Perserikatan Bangsa-Bangsa
                        WHO              World Health Organization
            c) 1. Singkatan kata berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
                        Misalnya :
                                    Kpd.                            Kepada
                                    Hlm.                            Halaman
                  2. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan
                       tanda titik.       
                        Misalnya :
                                    Dll.                              Dan lain-lain
                                    Dsb.                             Dan sebagainya
                        Catatan :
                                    Singkatan itu dapat di gunakan untuk keperluan khusus,
                                    seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah.
            d) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan
                   dalam surat menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.
                        Misalnya :
                                    a.n.                              atas nama
                                    u.p.                              untuk perhatian          
            e) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran timbangan, dan
                   mata uang tidak diikuti tanda dengan titik.
                        Misalnya :
                                    Cu                               Kuprum
                                    Cm                              Sentimeter
2.   Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai       sebuah kata.
              a) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur
                    nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
                   Misalnya :
                         LIPI                                 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
                         PASI                                Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
             b) Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis
                    dengan huruf awal kapital.
                    Misalnya :
                         Bulog                           Badan Usaha Logistik
                         Bappenas                     Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
              c) Akronim bukan nama diri yang berupansingkatan dari dua kata atau    
              lebih tulisan dengan huruf kecil.
Misalnya:
              Pemilu           pemilihan umum
              Iptek             ilmu pengetahuan dan teknologi
Catatan:
Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut:
 (1) Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia (tidak ebih dari tiga suku kata).
 (2) akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat.
 I. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku,       -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
              Bukuku, bukumu, dan bukunya tesimpan diperpustakaan.
Catatan:
Kata-kata ganti itu (-ku, -mu, dan –nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital.
Misalnya :
              KTP-mu, SIM-mu, dan STNK-mu.
J. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
Catatan:
Huruf awal si dan sang dengan huruf kapital kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama diri.
Misalnya:
              Harimau itu marah sekali kepada Sang Kancil.
              Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.

4 komentar: